Selasa, 16 September 2008
Hia Ultah ke-3
Happy Birthday to Hia....begitu tulisan di cake coklat yang dibawa mama dan papa sore kemarin. Soanya, Hia 15 September 2008 ini genap berusia 3 tahun. "Wah, gak terasa anak mama sudah gede, ya," kata mama. Waktu ditanya mau jadi apa, Hia menjawab, "Jadi Power Rangers." heheeh, semoga Hia memang bisa jadi pahlawan bagi siapapun, khususnya bagi mereka yang lemah dan memang harus dibela.
Suasana perayaan ultah Hia, terbilang sederhana tapi khidmat loh. Papa, mama, om mija, zayyan plus Hia masuk ke salah satu kamar. Tiup lilin, potong kue sambil nyanyi selamat ulang tahun.
Tidak seperti ulta sebelumnya seperti di Banda Aceh dulu yang agak ramai karena ada oma dan juga om-om lainnya. Tapi, Hia senang. Dapat kado dari Mo cs berupa bubble yang dibawa grandma-nya dari Amerika. Kado mama dan papa cake ultah, karena Hia cuma minta itu. Tapi mama sedang mau pesan mainan dari toko online anak-anak. Biar telat yang penting ada hehehe.
Ultah Hia hari ini jadi ingatin mama pada masa 3 tahun silam waktu melahirkan Hia secara normal. Sebenarnya dari tanggal yang sudah diperkirakan, kelahiran Hia rada telat sekitar 2 minggu gitu. Atok dan nenek juga sudah diterbangkan mama dari Medan ke Banda Aceh seminggu sebelumnya buat berjaga-jaga. Maklumlah, waktu itu paska tsunami belum genap 1 tahun, jadi memang semuanya masih rada darurat.
Sekitar jam 1 siang tanggal 14 September, mama mendapat tanda akan melahirkan. Segera mama dilarikan papa dan nenek dengan mobil jeep ke Klinik Putro Phang, klinik tempat praktek dokter yang memeriksa mama saban bulan. Oya, waktu itu oma juga sudah balik dari Yogyakarta.
Setiba di klinik, mama diperiksa bidan dan ternyata mama sudah bukaan 1. Setelah itu mama diminta untuk jalan-jalan di sekitar klinik supaya proses melahirkannya gampang. Oya klinik ini baru direhab setelah terkena tsunami. Meski tidak parah, tapi air tsunami juga mencapai kawasan klinik yang berada di Lampineng ini.
Singkat cerita, walau sudah hampir 5 jam menunggu, tidak ada tanda-tanda bukaan selanjutnya...mama kemudian diberi infus. Menjelang malam, tetangga dekat juga keluarga oma Evi mengunjungi mama dan memberikan support. Bahkan om Kiki -anaknya oma Evi yan gpaling tua- turut membacakan doa dan memberikan air agar melahirkannya mama gampang. ATok juga memberikan doa nabi Yusuf ketika berada di perut ikan. Pokoknya semua usaha dilakukan agar proses melahirkan Hia mlus.
Tapi sampai tengah malam, Hia belum juga mau brojol. Infus mama sudah mau dua botol dan bukaan mama masih bukaan 3. Ups. Sementara mama terus meradang menahan kontraksi di perutnya. Duh.
Menjelang subuh juga belum ada tanda-tanda. Dokter pengganti yang memeriksa -karena dokter yang biasa memeriksa mama lagi ke Jerman- memprediksikan Hia akan lahir subuh.
Sudah hampir tengah hari pada tanggal 15 September 2005, tapi Hia masih keukeuh di rahim. Teman-teman dekat mama mulai berdatangan. Mama semakin kesakitan. Infus sudah 3 botol. Dokter memeriksa mama lagi dan bukaan masih tetap bukaan 3. Dokter yang memeriksa mama bilang, kalau sampai sore kondisinya masih begitu, baiknya dioperasi saja dan harus dirujuk ke RS Kesdam, karena di klinik tak ada peralatan. Karena detak jantung Hia semakin lemah.
Sementara itu, teman-teman wartawan mama sibuk melakukan liputan karena tepat tanggal 15 September 2005, merupakan momentum penyerahan senjata GAM ke pemerintah RI yang difasilitasi oleh Aceh Monitoring Mission (AMM) sebagai lanjutan dari perjanjian damai yang dilakukan GAM-RI di Helsinki pada 15 Agustus 2005.
Kembali ke mama. Sekitar pukul 14.00 WIB, maam mengalami kontraksi yang hebat. Ketika diperiksa bidan, mama sudah bukaan 7, kemudian 8, kemudian 9 dan mama segera dilarikan ke ruang bersalin. Sang dokter -yang ternyata ketiduran sehabis pulang mengajar di Unsyiah- segera ditelfon untuk datang.
Pesalinan mama ditolong bidan dan tak berapa lama doter datang. Ternyata penyebab Hia tak bisa keluar karena terlilit tali pusar. Jadi semakin mama mengejan semakin Hia terhisap ke dalam. Mau dilarikan ke RS Kesdam tak ada lagi waktu (karena dokernya ketiduran untuk membawa mama ke RS). Akhirnya dengan segenap kekuatan mama, dengan pertolongan Allah dan papa juga mengabadikan kelahiran itu lewat kamera, Hia akhirnya lahir dengan berat badan 3 kg dan panjang 50 cm, sehat wal afiat.
Mama nyaris kehabusan nafas karena mama terpaksa memakai bantuan nafas buatan. Di ruang bersalin, mama ditemani papa dan juga oma, sementara nenek salat dan berdoa di ruang sebelah. Nenek tak kuat melihat mama yang menahan kesakitan.
Ketika lahir, setelah dibersihkan, Hia diazankan papa. Kemudian menyusu ke mama. Duh, hia pintar sekali menyusunya dan ASI mama juga lancar.
Teman-teman mama bilang, "Duh, dasar anak wartawan. Lahirnya aja milih momen penyerahan senjata GAM. Udah, dikasih nama Hari Senja aja, alias Hari Penyerahan Senjata." Langsung saja mama menolak tawaran nama itu. Hehehehe. karena papa sudah menyiapkan nama, Hiawatha Quake Montgomery....
Happy Birthday Hiawatha......
Jumat, 12 September 2008
Kami Menemukan Kunang-kunang...
Seharusnya tulisan ini diposting dua minggu. Tapi, biasa deh, mama sibuk terus. Jadi, telat deh. Ceritanya, waktu kami pulang dari Denpasar sekitar jam 7 malam, om mija menemukan kunang-kunang di teras rumah. Terang saja kami melonjak kegirangan. Selain serangga kecil itu terlihat lucu dan aneh karena mengeluarkan lampu dari perutnya, juga karena -kata mama- sudah bertahun-tahun mama tak melihatnya. "Mungkin terakhir melihatnya waktu mama SMP," kata mama. Waktu Hia mau menangkap kunang-kunang itu, mama melarang. "Kasihan, nanti kalau dicariin sama mama kunang-kunang, gimana. Biarkan saja dia terbang lagi, kunang-kunangnya mau pulang, mau bobok," begitu kata mama. Dengan berat hati, kunang-kunangnya kami lepas.
Ketika terbang, dia terus berkelap-kelip. Lucu dan indah deh.
Tahu tidak, ternyata, cahaya kelap kelip dari tubuh kunang-kunang yang menghiasi langit malam digunakan pejantan untuk menarik betinanya, seperti halnya burung merak jantan menggoda sang betina dengan bulu-bulu moleknya. Demikian diungkapkan para ilmuwan dalam journal Behavioral Ecology edisi terbaru.
Dalam artikel Koran Kompas yang kami baca, juga disebutkan, Kunang-kunang jantan yang mampu mengeluarkan sinar dalam waktu lebih lama akan mendapat kesempatan "berkencan" lebih banyak, dan akhirnya akan cenderung menghasilkan keturunan lebih banyak pula. Serangga ini juga menunjukkan frekuensi seksual yang tinggi dalam masa dewasanya, seperti halnya burung, rusa atau manusia.
Uniknya lagi, masing-masing spesies kunang-kunang memiliki cahaya yang berbeda yang membedakan mereka berkomunikasi, seperti halnya manusia mempunyai dialek yang berlainan. Perbedaan itu tidak hanya terdapat pada spesies, namun juga pada individu.
Temuan lain yang cukup menarik adalah kunang-kunang betina yang kawin dengan kunang-kunang jantan yang bercahaya kuat akan memiliki lebih banyak keturunan. Hal itu membuahkan kesimpulan bahwa pancaran cahaya yang kuat berbanding lurus dengan nutrisi yang dimiliki kunang-kunang.
Kunang-kunang hidup sebagai larva selama dua tahun. "Pada tingkatan ini, larva hidup hanya untuk makan. Mereka makan dan tumbuh makin besar selama dua tahun," papar Lewis. "Setelah itu mereka akan berubah menjadi kunang-kunang dewasa selama dua minggu untuk kawin dan bertelur. Setelah masa indah yang sangat singkat tersebut kunang-kunang akan mati. (data dan foto tentang kunang-kunang diambil mama dari Koran Kompas edisi 22 April 2003)
Langganan:
Postingan (Atom)