Jumat, 11 Juli 2008

Cari Sembilan Perbedaan...

Ketika difoto mama, Hia kira-kira berusia 10 bulan. Waktu itu kami masih tinggal di Blower, Banda Aceh. Sedangkan foto Zayyan difoto mama beberapa hari lalu di rumah kami di Ubud. Usia Zayyan sekarang 10 bulan lebih sedikit. Kata orang-orang, kalau difoto kami seperti anak kembar :)...nah sekarang cari sembilan perbedaan deh di foto ini :)) keterangan foto: kiri : zayyan kanan :hia

Kamis, 10 Juli 2008

teman-teman baru kami

Sejak tinggal di Nyuh Kunig, Ubud, Bali, kami punya banyak teman dari berbagai daerah dan negara lain. Selain teman-teman yang asli Bali, banyak juga yang berasal dari Sumbawa, seperti Eliana, kemudian Puteri dari Flores. Sedangkan Jasmine, Lelyana, Hanifah dan Mo, ibunya orang Amerika bapaknya Jawa. Tetangga kami yang lainnya, Body. Bapak Body orang Amerika dan ibunya orang Bandung. Ini sebagian foto-foto teman baru kami. Kalau bermain, terkadang kami suka bertengkar, berebut mainan, tapi bertengkarnya nggak lama-lama karena setelah itu kami baikan lagi :).

Selasa, 08 Juli 2008

next month...

tidak terasa satu bulan lagi aku berusia satu tahun loh, tepatnya tanggal 29 Agustus nanti....wah, ternyata aku merayakan ultah pertamaku di Bali. Doakan ya semoga aku diberi kesehatan dan umur yang panjang.....oya, di usiaku yang mau satu tahun ini, aku sudah punya 3 gigi, sudah mulai merayap dan nyaris berdiri...udah bisa kasih tahu mama kalau aku lihat cicak di dinding hihihihi, juga udah bisa protes kalau mama nggak mau gendong aku hahahaaaa Lilypie 1st Birthday PicLilypie 1st Birthday Ticker

breastfeeding...

sejak Hia lahir pada 15 September 2005 lalu, mama nyaris tidak lepas dari aktifitas breastfeeding, menyusui. Ketika mama mengandung Zayyan, Hia tetap nyusu meski waktu itu ASI mama nggak ada. Susah sekali menyapih Hia. Karena mama nggak tega melihatnya nangis nggak karu-karuan, jadilah Hia tetap ngempeng. Pas lahir Zayyan, Hia tetap ikut nyusu juga. Malah sekarang tambah asyik karena ada ASI-nya :)) Bayangin, sekarang mama menyusukan kami berdua. Alhamdulillah, ASI mama cukup untuk kami berdua. Zayyan ASI eksklusif lagi. Sekarang, walaupun mama ngantor, tetap memberikan ASI-nya yang sudah dipompa dan disimpan di freezer. Jadi Zayyan tidak minum susu formula. Semoga ASI mama teap banyak dan lancar. Oya, coba kita hitung yuk, sudah berapa lama mama melakoni pemberian ASI ini.... Lilypie Breastfeeding PicLilypie Breastfeeding Ticker

inspirasi...

Begini nih gaya zayyan lagi cari inspirasi di pagi hari. Foto by Om Mirza

Legend of Hia

Legend of Hia: bergaya seperti Aang...dalam Avatar...:))

Senin, 07 Juli 2008

papa

Karena kami lagi kangen-kangennya sama papa, kami posting tentang papa aja deh. Papa kami seorang freelance cameraman. Sebelum memulai karirnya jadi cameraman, papa seorang penyiar di Radio Flamboyan FM di Banda Aceh. Udah gitu, papa jadi penyiar berita sekaligus reporter di TVRI Banda Aceh. Pas ketemu mama, papa kemudian sama-sama mama belajar menggunakan kamera. Soalnya waktu itu, mama dikasih kamera VX1000 ama temannya, Tante Dini Djalal yang mau pindah ke Whasington. Kamera ini banyak berperan pada karir papa dan mama selanjutnya. Di penghujung tahun 2003, papa dan mama berhasil mendapatkan beasiswa pembuatan film documenter senilai USD 5500 yang digelar oleh PJTV UI, Internews, In-docs di penghujung tahun 2003. Dalam film ini, mama jadi directornya, papa jadi kameraman, Om Muchtar dan om Haryo serta Pak Horea Salajan jadi editornya. Filmnya bertajuk 'Politik Teungku'. Bercerita tentang seorang ulama dayah -pesantren tradisional di Aceh- yang berniat jadi anggota parlemen di Aceh Utara dalam Pemilu 2004. Meski turunnya ulama ke kancah politik melahirkan kontroversi, tapi si ulam abersikukuh dengan pemberlakuan Syariat Islam di Aceh, anggota parlemen haruslah mengerti soal-soal mendasar dalam Islam-karena mereka yang akan membuat kebijakan. Pemilu sebelumnya, nyaris tak digelar di Aceh karena suasana Aceh dalam konflik berkepanjangan paska dicabutnya status Daerah Operasi Militer (DOM) di Aceh. Sementara, Pemilu pada 2004 ini digelar dalam suasana Aceh berstatus darurat militer. Suasana kampanye dan pemilu berlangsung agak tegang. Seperti ditemukannya bom di lapangan yang sedianya akan digelar kampanye. GAM bahkan buat peratura, para jurkam dilarang masuk desa. Bahkan sebuah bom dilemparkan di sebelah rumah yang hanya berjarak satu pintu dari pesantren tempat ulama tadi mengajar. Sayangnya, sang ulama tak mendapat kursi, agaknya dia dicurangi. Pasalnya pengumumannya telah lewat 1 bulan dari jadwal yang sudah disepakati. Endingnya, sang ulama kembali menjadi guru di dayahnya. Film ini diputar di Jiffest 2004. Sembari itu, papa bekerja sebagai kotributor pada TV7 dan kemudian stringer untuk Reuters. Seminggu papa dan mama menikah, papa harus ke Jakarta. Papa menjadi juru kamera untuk film dokumenter yang dibuat Tante Dini Djalal tentang seorang aktivis yang menjadi leader pada grass root ketika masa kampanye Pemilu Presiden. Sayang, sang tokoh, om Oji sudah tutup usia, tidak lama setelah dirinya kembali dari Aceh. Kedatangan om Oji ke Aceh paska tsunami. Om Oji menjadi volunteer kemanusian dengan teman-temannya dari Universitas Nasional Jakarta. Kembali ke soal papa. Setahun kemudian, sekitar 3 bulan papa dan mama menikah, bencana tsunami terjadi. Papa dan mama mengabadikan kejadian itu sembari mereka lari dari samping Masjid raya Baiturrahman. Beberapa bulan setelahnya, papa dan mama kembali mendapat tawaran pembuatan film dokumenter 'Children of Tsunami", kerja sama TVE Asia Pasific-Oxfam Novib dan Jungle RUn Production. Mama menjadi researcher dan field director dan papa selain menjadi cameraman juga menjadi researcher Film yang dibuat selama 1 tahun ini bercerita tentang dua gadis kecil, Putri (7) dan Yenni (15). Bagaimana mereka menghadapi hari-hari paska tsunami setelah kehilangan saudara dan juga harta benda akibat tsunami. Putri kehilangan kakaknya yang sedang mengandung 7 bulan, sedangkan Yenni kehilangan 2 adiknya. Putri di Aceh Besar dan Yenni di Meulaboh. Dari sinilah, papa mulai rutin bekerja untuk Jungle Run Production yang bermarkas di Ubud, Bali. Papa terlibat dalam beberapa project untuk dokumenter BBC, Discovery Chanel. Sembari itu, papa juga bekerja untuk beberapa lembaga internasiona, nasional dan juga lokal. Seperti IFRC, Australia Red Cross, IDLO -papa dan mama membuat film penyuluhan tentang hak-hak perempuan korban tsunami- juga UNICEF. Khusus dalam project UNICEF, papa dan teman-temannya mengajari anak-anak korban tsunami untuk membuat video diary. Film dengan tajuk Aceh's Little Heroes ini kemudian secara khusus mengangkat cerita papa ketika tsunami datang menerjang Aceh. Film ini diputar di BBC, Asia News Chanel dan SCTV untuk memperingati 3 tahun tsunami. Berkat pekerjaannya juga, papa berhasil mendapatkan beasiswa kursus tentang media ke Ohio University di Amerika selama lebih kurang 2 bulan. Sampai akhirnya, papa ditawari Jungle Run untuk pindah ke Bali. Papa, we proud of you... p.s : hiks, katanya papa baru pulang minggu depan karena kebetulan dapat job di Aceh

Akhir Pekan (Masih) Tanpa Papa

Hari Minggu yang garing... hujan seharian di Ubud. Udara dingin sekali. Rencana jalan-jalan ke pasar Ubud sama mama jadi batal. Kami hanya mengurung diri di kamar. Nonton tivi, makan, tidur, main. Semuanya kami lakukan masih tanpa papa. Telepon terakhir dari papa, katanya akan pulang Kamis ini. Karena setelah dari Brastagi dan Medan, papa melanjutkan perjalanan ke Banda Aceh. Mengurus beberapa barang yang masih tertinggal (sebenarnya banyak sekali). Untung pagi tadi sebelum hujan begitu deras, mama, hia dan zayyan belanja ke warung, beli ikan dan sayur mayur. Karena udara dingin sekali, perut terasa cepat lapar. Akhirnya, mama masak 'spageti tuna ala mama'. Ikan tunanya disuwir-suwir setelah digoreng setengah kering, baru dicampur dengan saos pastanya dan ditumis. Supaya lebih bergizi lagi, mama juga memasukkan brokoli. Yummi sekali de... p.s: sayang zayyan belum bisa makan. jadinya zayyan hanya makan bubur beras merah -organic- yang dicampur dengan wortel, brokoli, kentang dan juga tahu...yummy ...juga...bo..

Rabu, 02 Juli 2008

keumamah...yummiiii...

Keumamah. Ini nama salah satu jenis masakan Aceh yang yummi abis. Terbuat dari ikan tongkol yang direbus -kalo papa pake digoreng lagi- udah gitu disuwir-suwir, habis itu ditumis dengan segala macam bumbu dan wajib pake daun temuru dan asam sunti. Kalau papa atau mama sudah masak makanan yang satu ini, pasti aku nambah dan nambah lagi deh makannya. Syukurnya di Bali tidak susah cari ikan tongkol, meski ikannya sudah dipindang. Tak apalah, jadi tinggal digoreng saja. Bumbunya adalah bumbu dasar gulai. Hanya saja harus ditambah dengan asam sunti, belimbing wuluh yang dikeringkan plus daun temuru di Medan, daun yang sering dipakai dalam bumbu masakan orang India ini disebut daun karipule. Daun ini tidak ada di Bali sehingga keluarga kami harus mengimportnya dari Aceh hehehehe. Tapi minggu kemarin dapat kiriman dari Om Deni di Jogja. Kata mama, kalau pulang ke Medan atau Aceh, mama akan bawa pohonnya biar bisa ditanam di Ubud. Bumbu dan ikannya ditumis sampai kering kadang-kadang ada yang suka sampai hitam gitu. Jadinya seperti abon ikan...enak sekali kalau disantap dengan nasi panas...kata papa, kalau lagi makan keumamah, mertua leat juga ga kelihatan sangkin uenakknya.... Keumamah buatan mama dan papa sekarang ini lumayan kesohor di kalangan teman-teman mama dan papa, para mbok di kompleks Ibu Made Padet juga doyan. Kalau mama dan papa dapat orderan buat keumamah, biasanya dibawain ikan Tongkol yang gede atau tuna. Kayak minggu lalu, Tante Nadia pesan, Tante NAdia bawa ikan TOngkol segede gambreng dari Jimbaran dan seluruh warga komplekpun ikut menikmati...yummi..yummi... Keumamah: - Ikan Tongkol/ tuna -cabe merah -cabe rawit -bawang merah -bawang putih -kunyit -jahe -lengkuas -serai -daun temuru -daun jeruk -asam sunti / belimbing wuluh yang dikeringkan -minyak untuk menumis Cara membuat: -semua bumbu dihaluskan dan ditumis -ikan direbus setelah itu boleh digoreng (kalau suka), kemudian disuwir-suwir dan masukkan dalam tumisan bumbu, aduk-aduk sampai kering (sesuai selera).

twinkle twinkle little star