Minggu, 29 Juni 2008

akhir pekan

Akhir pekan yang sepi. Karena papa tidak bersama kami. Papa ribuan kilometer jaraknya dari kami. Meski begitu, kami coba tetap menghibur diri. Seharian main sama mama dan om mija. Main apa saja. Kalau capek tidur. Terus bangun dan main lagi. Kalau lapar makan. hehehe Oya, tadi Hia dan mama belanja ke Pasar Ubud. Beli ikan dan sayur mayur. Sepanjang jalan, biar hia tidak tidur, nyanyi-nyanyi sama mama... Mudah-mudahan, akhir pekan depan papa sudah bersama kami lagi. Papa janji, kalau pulang nanti kita akan main ke Kuta. Sudah lama juga kami tidak lihat pantai. Main dipantai. Apa kira-kira pantai di Bali secantik pantai di Aceh ? Hm...nggak sabar nih jadinya nunggu minggu depan...

Kangen Papa..

Sudah lima hari papa ke Medan. Kami semua kangen sekali. Rasanya sepi sekali rumah tanpa suara papa. Kangen dengar papa nyanyi...kangen dipeluk, dicium dan digendong papa...ehm...sedikit kangen omelannya hehehehe Tadi papa telefon. Katanya papa sudah di Brastagi. Wuih...enakna, mudah-mudahan suatu hari nanti kami sekeluarga bisa berlibur ke sana. Soalnya, Brastagi salah satu daerah kunjungan wisata juga. Berada di dataran tinggi di Sumatera Utara. Ada buah yan gdisukai mama dari sana, namanya Terong Belanda. Buah mirip tomat dan terung ini bukan asli Berastagi sih. Tapi banyak ditanam di Brastagi. RAsanya kalo dijus yummy sekalleeeeee kata mama... Papa bilang mungkin pulang akhir pekan depan...hiks, lama lagi ya...mau gimana lagi, habis papa kerjanya memang suka ke luar kota gitu. Masih mending juga dalam hitungan hari atau minggu. Kadang-kadang suka berbulan malah. Papa...kami kangen....cepat pulang ya, we love u papa.....

Rabu, 25 Juni 2008

mama sakit...

mama sakit sejak minggu sore, usai pulang dari rumah teman mama...duh...semua jadi heboh... tetangga kiri kanan, apalagi Ibu Robin lagi di Italy dan Ibu Brenda lagiddi Jogja. Duh. Papa akhirnya telepon Ibu Brenda, karena awalnya kata mama sakitnya akibat 'tempat susu kami' bengkak, digigit Zayyan. Ibu Brenda menyarankan pake madu dan juga minyak laender, Liz memberikan salab. Tante Wina nyaranin dikompres dengan jahe. Semua sudah dilakukan. Oya, Tante Ida memberikan antibiotik paling aman, Ibuprofen. Tapi setelah dua hari, panas tubuh mama naik turun. Sore kemaren mama akhirnya dibawa papa, Tante Ida dan Tante Nadia ke dokter Bobby. Bule, udah tua, agak cerewet, tapi baik hati. Panas mama 39 derajat. Trus dikasih antibiotik sama dr.Bobby, karena ada pasien dia berjanji akan datang ke rumah setelah menanyakan kami tinggal di mana. Habis magrib, dr Bobby datang. Dia sedikit melakukan akupunktur pada mama. Kemudian memberikan obat Cina dan juga saran agar tempat susu kami di kompres pake air dingin gitu. Tante Bince yang nungguin mama mijat-mijat kaki mama. Dia sabar banget. Papa agak heboh karena harus berangkat sore itu ke Jakarta,,hlah. Sukurnya tiketnya tidak ada. Tapi papa tetap berangkat dan langsung ke Medan, besok paginya. Papa berangkat tadi pagi jam 5 pagi. Hiks. Untung mama sudah rada baikan, meski masih sulit jalan dan bernafas. Kata papa, papa mau shooting petani jeruk dan pisang di Brastagi dan di Deli Serdang, gitu. Kami sedih. Tapi, kalau papa nggak kerja gimana donk. Akhirnya kami pasrah aja. Setelah mencium pipi kami semua, papa berangkat dijemput om Gusti...dadah papa...we'll miss u...emuahhhhhhhh

Sabtu, 21 Juni 2008

Kangen Banda...

Duh...aku kangen Banda Aceh nih. Aku kangen sama teman-temanku di Lampuh Cot. Biasanya, kalau aakhir pekan begini, aku suka naik sepeda, main bola atau main truk-trukan milikku sama teman-teman di sana. Di Lampuh Cot, aku punya teman-teman yang lucu-lucu. Ridho, Abi, Upa, Bila, Sira, Mawar, Firdaus, Sahlan. Kadang-kadang, kami menambahkan nama-nama itu dengan kata-kata lucu. Seperti Ridho, kami tambah jadi Ridho Janji Radio, Abi Wakakaa, Upa Markupa, Bila Hari Mau Ujan, pokoknya yang lucu-lucu. Di Nyuh Kuning aku juga punya teman-teman. Tapi belum begitu akrab. Walau begitu mereka baik-baik kok Cuma aku rada suka sebel sama Radit. Dia rada cengeng dan suka nggak mau ngalahan sama aku. Aku juga kadang-kadang jadi begitu. Kalau udah berantem, bapaknya dan papa masing-masing narik anaknya. heheheheh

Zayyan Tumbuh Gigi

Hiiiiii... Akhirnya gigi Zayyan nongol juga. Padahal mama sempat khawatir kenapa gigiku nggak nongol-nongol. Pasalnya, ketika Hia seumurku, dia sudah punya dua gigi. Tapi kekhawatirn mama pupus sudah. Karena gigi atasku sudah mulai kelihatan. Lucu deh. Biasanya kata orang, kalau mau tumbuh gigi pasti demam. Mudah-mudahan aku nggak demam. Tapi udah deluan kali ya. Karena waktu pertama kali tiba di Ubud, aku kan demam lumayan parah tuh, sampai mama setres. Tapi sekarang mama nggak setres lagi. Oya, aku sekarang udah ada yang jaga. Namanya Mbok Wayan Rumi. Aku panggil Mbok Wayan. Orangnya baik, masih muda dan rajin. Kami semua senang dengan dia. Mbok Wayan ini pemilik rumah yang kami sewa loh. Lucu juga ya. Tapi begitulah. Di banjar tempatku tinggal, rata-rata pemilik tanah sudah menyewakan tanahnya pada kaum pendatang. Umumnya pada orang bule dan biasanya mereka juga yang bekerja untuk tanah yang mereka sewakan itu, ya mereka jadi pembantu atau tukang kebun gitu. Hari ini kata si Mbok, upacara besi atau Tumpak Landep. Dalam upacara ini, semua benda-benda yang mengandung besi didoakan dan dikasih sesajen biar jauh dari marabahaya. Benda-bendanya seperti motor, mobil, pisau, kompor, sepeda, apa aja deh, pokoknya ada unsur besinya. Hm..hari ini akhir pekan. Pengennya sih jalan-jalan sama papa, mama, hia, om mija, tante bince...kayak sabtu kemarin. Tapi papa agak ogah-ogahan tuh, maklum lagi bokek heheheheheh....

Jumat, 20 Juni 2008

Pindah ke Bali

Akhirnya, kami sekeluarga pindah ke Bali. Kami berangkat dari Banda Aceh persis satu hari setelah pemerintah menaikkan harga BBM sampai 30 persen, tepatnya 25 Mei 2008. Sebenarnya kami akan bertolak dari Medan, dari rumah nenek. Tapi karena ada beberapa barang yang harus diambil dan juga pamit sama oma di Banda Aceh, kami memutuskan untuk berangkat dari Banda Aceh. Perjalanannya seru. Bayangin aja, ternyata Zee itu sampai di Jakarta menjadi penumpang gelap. Haahahahah. Ceritanya, dari Banda Aceh - Medan, kami naik pesawat Lion. Dari Medan-Denpasar, kami naik pesawat Garuda. Nah, ketika boarding Garuda di Bandara Polonia, Medan, tidak ada masalah. Nama Zee keluar waktu chek in. Perjalananpun aman, meski harus overweight sampai harus bayar Rp 300 ribu :((. Begitu tiba di Bandara Soekarno Hatta, mama yang lagi menggendong Zee, dicegat petugas, begitu keluar dari pintu pesawat. Duh, mama waktu itu udah feeling pasti something wrong deh :(. Benar saja, nama Zee itu sudah direservasi, tapi belum di-issued, sehingga perjalanan Medan- Jakarta, Zee itu penumpang gelap karena belum bayar hehehehehehe. Tapi bukan salah kami, tapi salah petugasnya donk. Sayangnya mama dan papa kurang teliti dengan tidak memperhatikan tiket yang kami bawa. Pasalnya, kalau tiket biasa, karena Zee masih terhitung infant, mama dan Zee satu tiket. Tapi ternyata untuk tiket elektronik, meski infant, Zee dapat tiket sendiri. Ya akhirnya, setelah sama-sama mint maaf, tiket Zee seharga 576 ribu dibayar. Di Bandara Soekarno Hatta, kita juga sempat ketemu sama teman mama dan papa, Mpok Rini. Katanya, Mpok Rini mau ke Surabaya, ada urusan keluarga. Karena sudah siang, kami dibelikan makan siang KFC yang banyak sekali. Setelah hampir 12 jam di perjalanan, kami akhirnya tiba juga di Denpasar. Lelah sekali. Tpi syukurnya Zee nggak rewel. Kami dijemput dengan mobil Yayasan Bumi Sehat. Sudah hampir jam 7 malam, begitu mobil meluncur dari Denpasar ke Nyuh Kuning. Ada dua kamar yang disediakan di komplek rumah Ibu Made Padat. Satu kamar untuk Om Mija dan satu kamar kami, mama dan papa. Sempit memang. Tidak seluas rumah di Banda Aceh. Apalagi kamar mandi dan dapurnya di luar. Tapi lumayanlah. Apalagi, para tetangga kami yang satu komplek ramah-ramah dan asyik-asyik. Ada Ibu Robin Lim dan Pak Will serta anak mereka om Zion dan Hanoman, mereka orang Amerika. Juga ada Om Noel dan Tante Wina yang punya anak namanya Body. Umurnya hanya terpaut sekitar 3 bulan dari Zee. Oya, Om Noel orang Amerika, sedangkan Tante Wina orang Indonesia, aslinya Bandung. Kemudian juga ada cucu pemilik tanah di mana kami tinggal, Bli Wayan, juga ada Putu. Oya, ada juga Eliana, anak angkat Ibu Robin dan Pak Will. Sedangkan tetangga sebelah rumah, ada Jasmine, Hanifah, Mo, Leliana dan Nanda. Mereka juga indo, ibunya Amerika dan bapaknya Jawa. Mereka ramah-ramah. Kami sering bermain di rumah mereka yang open house. Kami doyan main di sini, karena banyak mainannya :)). Sudah dulu ya. Nanti kami upload foto-fotonya. Oya, minggu pertama mama agak setres heheheh, apalagi kami dan papa sakit karena cuaca di Ubud lagi jelek. Nanti deh kami ceritain lagi komplitnya.

twinkle twinkle little star