Jumat, 12 September 2008
Kami Menemukan Kunang-kunang...
Seharusnya tulisan ini diposting dua minggu. Tapi, biasa deh, mama sibuk terus. Jadi, telat deh. Ceritanya, waktu kami pulang dari Denpasar sekitar jam 7 malam, om mija menemukan kunang-kunang di teras rumah. Terang saja kami melonjak kegirangan. Selain serangga kecil itu terlihat lucu dan aneh karena mengeluarkan lampu dari perutnya, juga karena -kata mama- sudah bertahun-tahun mama tak melihatnya. "Mungkin terakhir melihatnya waktu mama SMP," kata mama. Waktu Hia mau menangkap kunang-kunang itu, mama melarang. "Kasihan, nanti kalau dicariin sama mama kunang-kunang, gimana. Biarkan saja dia terbang lagi, kunang-kunangnya mau pulang, mau bobok," begitu kata mama. Dengan berat hati, kunang-kunangnya kami lepas.
Ketika terbang, dia terus berkelap-kelip. Lucu dan indah deh.
Tahu tidak, ternyata, cahaya kelap kelip dari tubuh kunang-kunang yang menghiasi langit malam digunakan pejantan untuk menarik betinanya, seperti halnya burung merak jantan menggoda sang betina dengan bulu-bulu moleknya. Demikian diungkapkan para ilmuwan dalam journal Behavioral Ecology edisi terbaru.
Dalam artikel Koran Kompas yang kami baca, juga disebutkan, Kunang-kunang jantan yang mampu mengeluarkan sinar dalam waktu lebih lama akan mendapat kesempatan "berkencan" lebih banyak, dan akhirnya akan cenderung menghasilkan keturunan lebih banyak pula. Serangga ini juga menunjukkan frekuensi seksual yang tinggi dalam masa dewasanya, seperti halnya burung, rusa atau manusia.
Uniknya lagi, masing-masing spesies kunang-kunang memiliki cahaya yang berbeda yang membedakan mereka berkomunikasi, seperti halnya manusia mempunyai dialek yang berlainan. Perbedaan itu tidak hanya terdapat pada spesies, namun juga pada individu.
Temuan lain yang cukup menarik adalah kunang-kunang betina yang kawin dengan kunang-kunang jantan yang bercahaya kuat akan memiliki lebih banyak keturunan. Hal itu membuahkan kesimpulan bahwa pancaran cahaya yang kuat berbanding lurus dengan nutrisi yang dimiliki kunang-kunang.
Kunang-kunang hidup sebagai larva selama dua tahun. "Pada tingkatan ini, larva hidup hanya untuk makan. Mereka makan dan tumbuh makin besar selama dua tahun," papar Lewis. "Setelah itu mereka akan berubah menjadi kunang-kunang dewasa selama dua minggu untuk kawin dan bertelur. Setelah masa indah yang sangat singkat tersebut kunang-kunang akan mati. (data dan foto tentang kunang-kunang diambil mama dari Koran Kompas edisi 22 April 2003)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar